Sky Park di Singapura |
TEMPO.CO, Singapura -- Singapura letaknya berseberangan dengan Indonesia. Namun Singapura memiliki banyak hal yang berbeda dengan Nusantara atau negara lain. Di Negeri Singa ini, Anda bakal sulit menemukan orang yang mengunyah permen karet. Kenapa? Karena pemerintah menganggap permen karet akan membuat kotor Kota Mal ini.
Ketika berkunjung ke Singapura, Tempo sempat berbincang dengan seorang pemandu wisata. Jean namanya. Dan ia bercerita bahwa ada enam hal yang tak ada di negerinya.
1. Penjual permen karet
Karena tidak mau fasilitas publiknya dikotori dengan tempelan permen karet, pemerintah Singapura pun melarang penjualan gula-gulaan itu. Di toko mana pun, Anda tak akan menemukan permen karet. Tapi, kata Jean, pemerintah Singapura tetap memperbolehkan turis atau warganya mengunyah permen karet. "Permen karet itu boleh diberikan oleh pendatang atau kami bawa dari luar negeri. Tapi tidak boleh diperjualbelikan di sini," ujar Jean, Jumat, 21 September 2012.
2. Kucing
Ke mana pun melangkah di Singapura, bisa dipastikan Anda tidak bakal melihat kucing. Sebab, pemerintah Singapura tidak menyukai hewan manja ini. Dan lagi-lagi alasannya untuk kebersihan kota.
"Kucing mudah berkembang biak dan buang air besar sembarangan. Jadi tak ada kucing di Singapura," kata Jean.
3. Anjing berukuran besar
Tidak seperti kucing, anjing masih diizinkan hidup di Singapura. Tapi bukan anjing ras golden retriveratau siberian husky yang berukuran besar. Melainkan anjing kecil seperti chihuahua. Dan penduduk kota hanya boleh memelihara seekor anjing di apartemennya. "Kalau punya rumah besar di pinggir pusat kota, Anda boleh memelihara tiga anjing," kata Jean.
4. Polisi lalu lintas
Tak ada polisi yang berpatroli di jalanan Singapura. Sebabnya ada dua. Pertama, semua pelanggaran terekam di kamera pemantau yang tersebar di seluruh penjuru jalan. Kedua, penegakan hukum di Singapura begitu tegas dan keras. "Orang akan berpikir panjang sebelum melakukan pelanggaran," kata Jean.
5. Isu SARA
Pemerintah Singapura sangat tegas soal masalah suku, agama, ras, dan antargolongan. Siapa pun dilarang menyinggung soal SARA. Jean bercerita, pada 2011, ada pendeta yang menyinggung soal agama Buddha. Dalam hitungan jam, ceramah si pendeta langsung tersebar di YouTube dan menjadi pembicaraan publik. Bahkan semua media massa Singapura membahasnya.
"Tak lama, pemerintah menyuruh pendeta itu meminta maaf ke petinggi di komunitas Buddha," kata Jean.
6. Tak ada senjata api
Pemerintah Singapura, kata Jean, sangat tegas soal kepemilikan senjata api. Pistol dan senapan hanya dimiliki polisi. Bahkan mereka menutup rapat kemungkinan masuknya senjata api ilegal. "Karena itu, penjahat di sini hanya memiliki pisau sebagai senjata mereka," ujar Jean.
Source: (tempo.co)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar